Gross Domestic Product dan Gross National Product


TEORI EKONOMI II *
Gross Domestic Product  dan Gross National Product


NO.
NAMA LENGKAP
NPM
1
HANE KARTIKA
13211191


UNIVERSITAS GUNADARMA
2013-2014
ILMU EKONOMI – MANAJEMEN SI





 


PENGANTAR EKONOMI
                                                                I

Gross Domestic Product
Produk Domestik Bruto
GDP  




I.I Pengertian Gross Domestic Product
           
            Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.

            Sedangkan menurut McEachern, GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.

            GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.

            Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.

Contohnya :     Grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,- dan Rp 9.000,- maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya).
                       
           Jadi, GDP hanya menghitung nilai akhir dari suatu produk yaitu sebesar Rp 9.000,- Untuk barang yang diperjual-belikan berulang kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah dihitung pada saat diproduksi.

I.II Tipe-tipe Gross Domestic Product

Pada umumnya Gross Domestic Product mempunyai dua tipe GDP, yaitu :
            1. GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal
nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.

            2) GDP dengan harga tetap atau GDP riil
nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain Angka-angka  GDP merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan  volume produksi tetap atau merosot.
I.III Perhitungan Gross Domestic Product

Menurut McEachern ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu:

1. Pendekatan pengeluaran
            Pendekatan yang menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa   akhir yang diproduksi selama satu tahun.


2. Pendekatan pendapatan
            Pendekatan yang menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.




I. III. I Gross Domestic Product  berdasarkan Pendekatan Pengeluaran.
                       
                        Menurut McEachern untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen yaitu :
            1. Konsumsi
            2. Investasi
            3. pembelian pemerintah dan
            4. ekspor netto

1. Konsumsi atau pengeluaran konsumsi perorangan.
           Pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun.                                                Contohnya : dry cleaning, potong rambut, perjalanan udara dsb.
C + I + G + (X-M) = Pengeluaran agregat = GDP
       

2. Investasi atau investasi domestik swasta bruto.
          Belanja pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan.

Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk                                                   menghasilkan barang dan jasa.

3. Pembelian pemerintah atau konsumsi dan investasi bruto pemerintah.
          Mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan  jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan. Di dalam pembelian  pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan pembelian pemerintah.


4. Ekspor netto

Sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara dikurangi  dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa.

            Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan                             penjumlahan konsumsi C, investasi I, pembelian pemerintah G dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor X dikurangi dengan nilai impor M atau (X-M).
           
            Penjumlahan komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat, atau GDP:

                      
I.III.II Gross Domestic Product  berdasarkan Pendekatan Pendapatan.


Pengeluaran agregat = GDP = Pendapatan agregat

                   
     Menurut McEachern pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendaptan yang diterima pemilik sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya digunakan dalam proses produksi).
                        Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai outpu agregat sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi output tersebut yaitu :
                        1. Upah
                        2. Bunga
                        3. Sewa dan
                        4. Laba dari produksi

            Jadi kita dapat simpulkan bahwa:
                                               
           
                       Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam                        perjalanannya menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan  mebel oleh perusahaan kedua, dibuat meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan cara hanya  memperhitungkan nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna akhir ataudengan cara menghitung nilai tambah pada setiap tahap produksi. Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan tersebut dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain.
                        Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik                          sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan  pendapatan.


PENGANTAR EKONOMI
                                                               II

Gross National Product
Produk Nasional Bruto
GNP




II.I Pengertian
Gross National Product
 
            Gross National Product atau dalam bahasa indonesianya Produk Nasional Bruto (GNP) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan faktor pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang bekewarganegaraan negara tersebut saja. Sedang kan menurut Dobrnbusch Gross National Product adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian dalam suatu periode tertentu.
           
           
Thompson (1980 : 804) mengatakan bahwa ahli ekonomi cendererung untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan GNP riil perkapita. GNP riil perkapita diperoleh dengan membagi GNP riil dengan jumlah penduduk. GNP riil perkapita mengukur jumlah rata-rata keseluruhan output yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan demikian kenaikan GNP riil perkapita berarti kenaikan standar hidup masyarakat (standar hidup lebih tinggi).
           
           
Tolak ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara diantaranya adalah pendapatan nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran luar negeri. Pendapatan Nasional (National Income) adalah merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihada­pi masyarakat sesuatu negara.

II.II Perhitungan Gross National Product

Dalam  menghitung pendapatan nasional terdapat tiga metode yang dapat digunakan yakni:
           
           
1. Metode produksi (Production Approach)
             2. Metode pendapatan (Income Approach)
             3. Metode pengeluaran (Expenditure Approach)
           
1.
Metode Produksi
           
           
Penghitungan pendapatan nasional dengan metode produksi ini didasarkan atas jumlah nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan sesuatu masyarakat atau  negara dalam satu tahun.

           
 Semua nilai hasil akhir barang dan jasa tersebut dijumlahkan. Apabila jumlah produk ke 1 kita tandai dengan Q1, produk ke 2 kita tandai dengan Q2, dan seterusnya hingga produk ke n kita tandai dengan Qn, sedangkan di lain pihak harga satuan produk kita tandai dengan P1, harga satuan produk ke 2 kita tandai dengan P2, dan seterusnya hingga satuan produk ke n yang kita tandai dengan Pn, maka dalam bentuk persamaan matematika pendekatan produk akan kita dapatkan: 

                             

          NI = P1Q1 + P2Q-2 + ..... + PnQn
                                               
                                 










yang mempunyai makna bahwa pendapatan nasional atas dasar harga pasar (NI) besarnya sama dengan produk nasional atas dasar harga pasar.

2. Metode Pendapatan

             Perhitungan pendapatan nasional dengan mengunakan metode pendapatan adalah dengan menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh semua pelaku ekonomi dalam suatu masyarakat atau negara pada periode tertentu. Pendapatan tersebut berupa pendapatan dari sewa, bunga, upah, keuntungan dan lain sebagainya. Angka yang diperoleh dari penghitungan pendapatan nasinal dengan menggunakan metode ini menunjukkan besarnya Pendapatan Nasional.
            Cara pendekatan pendapatan adalah komplemen cara pendekatan pengeluaran, karena sebenarnya cara pendekatan pendapatan bertitik tolak dari pengertian bahwa apa yang dikeluarkan oleh salah satu rumah tangga pasti menjadi penerimaan rumah tangga lain.
           
Dalam perhitungan pendapatan Nasional dengan pendekatan pendapatan ini ada dua hal yang dimasukkan didalamnya walaupun sebenarnya bukan merupakan pendapatan yaitu  :

1. P
enyusutan dan
2. P
ajak tak langsung

           
Penyusutan perlu dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasionaal karena penyusutan adalah bagian dari penerimaan perusahaan yang tidak dibagikan pemilik faktor produksi.

            Pajak tak langsung, yaitu pajak-pajak yang pada dasarnya beban pajaknya dapat digeserkan kepada piha lain  oleh para wajib pajak, seperti pajak penjualan, pajak tontonan, pajak pembangunan, pajak masuk dan sebagainya. Sebenarnya pajak tak langsung hanyalah pemindahan daya beli  dari kantong konsumen (pembayar pajak)  kepada pemerintah yang terjadi pada saat transaksi dilakukan, karena sifat pajak tak langsung adalah demikian, maka pajak tak langsung tidak diterima oleh pemilik faktor produksi, sehingga harus diperhitungkan sendiri.

3. Metode Pengeluaran

            Dalam penghitungan pendapatan nasional dengan metode pengeluaran, adalah dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi, yakni dari rumahtangga, perusahaan, pemerintah dan sektor luar negeri pada suatu masyarakat atau negara pada periode tertentu. Angka yang diperoleh dari perhitungan ini menunjukkan besarnya Produk Nasional bruto (Gross National Product = GNP) masyarakat dalam perekonomian negara tersebut. Setiap rumah tangga, baik itu rumah tangga individu, rumah tangga perusahaan maupun rumah tangga pemerintah pasti melakukan pengeluaran untuk membeli semua kebutuhan yang diperlukan. Pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga individu untuk membeli semua kebutuhannya yang diperlukan dapat berupa barang, baik barang habis pakai dan barang tahan lama, maupun jasa. Pengeluaran semua itu disebut konsumsi (C = Comsuption), pengeluaran perusahaan biasanya berupa Investasi (I = Investasi), pengeluaran pemerintah (G = Government Expenditure)

           
Disamping itu bagi negara yang juga melakukan hubungan ekonomi dengan negara lain, masih terdapat pengeluaran bersih pembelian barang dan jasa oleh orang-orang dan badan-badan asing, pengeluaran tersebut disebut ekspor – impor ( X – M = ekspor di kurangi impor, atau net export). Secara singkat cara pendekatan pengeluaran ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

PNB    = C + I + G + (X  - M)
PNB    = Pendapatan Nasional Bruto
C         = Konsumsi (comsumption)
I           = Investasi (Invesment)
G         = Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)
X – M = ekspor dikurangi impor (net export)

           
Pada cara pendekatan ini pengeluaran yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pengeluaran yang berbentuk pengeluaran untuk membeli barang modal atau investasi. Dalam ilmu ekonomi pengeluaran investasi hanya khusus pada pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk membeli barang modal baru, sehinga investasi selalu berupa penambahan barang modal riil pada stock barang modal yang sudah ada.

Ketiga cara di atas akan menghasilkan nilai yang sama. Dengan kata lain, GNP = GNI = GNE.
        
II. III Sifat-sifat Product National Bruto  adalah sebagai berikut :

1.      PNB adalah ukuran moneter
            PNB tidak memperhitungkan perubahan yang terjadi pada nilai uang karena terjadinya         perubahan harga-harga umum. Oleh sebab itu PNB pada tahun tertentu tidak dapat       dibandingkan dengan PNB pada tahun lain, karena perubahan yang terjadi disamping menyangkut perubahan jumlah output juga harganya sehingga nilai uang yang digunakan tidak sama besarnya.

2.      PNB hanya memperhitungkan barang-barang dan jasa akhir saja
            Barang dan jasa akhir adalah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen dan langsung         digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Artinya barang dan jasa itu tidak lagi beredar dipasar untuk diperjual belikan. Barang yang dibeli oleh rumah tangga inividu  maupun rumah tangga perusahaan tetapi tidak langsung digunakan sendiri.  Untuk  menghindari sesuatu produk dihitung lebih dari satu kali (double counting), dalam perhitungan PNB dipakai cara perhitungan lain yang dikenal dengan nama Cara Nilai Tambah.
            Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan pada PNB oleh rumah tangga perusahaan dan   terdiri dari penerimaan rumah tangga perusahaan itu dari penjualan barang dan jasanya
dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga perusahaan tersebut untuk membeli barang dan  jasa perusahaan lain (barang antra). Dengan demikian jelaslah bahwa PNB dapat juga dinyatakan sebagai keseluruhan nilai tambah rumah tangga perusahaan yang beroperasi dalam masyarakat selama kurun waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.

3.      PNB tidak menghitung nilai transaksi yang terjadi di pasar (oganized market)

1.      Transaksi yang semata-mata menyangkut uang (andil, obligasi dll)
2.      Transaksi barang bekas
3.      Kualitas produk
4.      Waktu luang
5.      Ongkos perusakan ekosistem




GDP and GNP Per Capita of Indonesia 2007 – 2010
BPS STRATEGIC DATA
D Description

2007

2008

2009

2010

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

GDP Per capita at current prices





Value (million rupiah)
21.4
23.9
27.1
30.8
Value (US$)
2 244.6
2 349.8
3 010.1
3 542.9

GNP Per capita at current prices





Value (million rupiah)
20.7
23.1
26. 3
29.9
Value (US$)
2 164.8
2 267.6
2 925.4
3 441.9

(TABLE : 2.1 GDP dan GNP  2007-2010)     
 

Kaitan Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

(TABLE : 2.2 Pertumbuhan Ekonomi                    

2008
2009


      Perekonomian Indonesia pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 6,1 persen dibanding tahun 2007. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2008 mencapai Rp2.082,1 triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp1.963,1 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2008 naik sebesar Rp1.004,7 triliun, yaitu dari Rp3.949,3 triliun pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp4.954,0 triliun pada tahun 2008.
      Selama tahun 2008, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 16,7 persen, diikuti oleh sektor listrik, gas danair bersih 10,9 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 8,2 persen, sektor konstruksi 7,3 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,2 persen, sektor jasa-jasa 6,4 persen, sektor pertanian 4,8 persen, dan sektor industri pengolahan 3,7 persen, serta sektor pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5 yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 6,1 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami pertumbuhan sebesar 16,7 persen dan 7,2 persen masing-masing memberikan kontribusi terbesar yang sama terhadap total pertumbuhan PDB yaitu sebesar 1,2 persen. Selanjutnya sumber pertumbuhan yang cukup besar yaitu sektor industri pengolahan sebesar 1,0 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan sebesar 0,8 persen dan sektor pertanian sebesar 0,7 persen.

    Perekonomian Indonesia pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen
dibanding tahun 2008. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun 2009 mencapai Rp2.177,0 triliun, sedangkan pada tahun 2008 dan 2007 masing-masing sebesar Rp2.082,3 triliun dan Rp1.964,3 triliun. Bila dilihat berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar
Rp662,0 triliun, yaitu dari Rp4.951,4 triliun pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp5.613,4 triliun padatahun 2009
     Selama tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 15,5 persen, diikuti oleh Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 13,8 persen, Sektor Konstruksi 7,1 persen, Sektor Jasa-jasa 6,4 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,0 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian
4,4 persen, Sektor Pertanian 4,1 persen, dan Sektor Industri Pengolahan 2,1 persen, serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009
mencapai 4,9 persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang
besarnya 4,5 persen. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar 15,5 persen sekaligus merupakan sumber pertumbuhan terbesar pula terhadap total pertumbuhan PDB yaitu
sebesar 1,2 persen. Selanjutnya sumber pertumbuhan yang cukup besar yaitu Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Jasa-jasa masing-masing memberikan peranan sebesar 0,6 persen.



Apakah Pendapatan Susah Merata ?
           
            Menurut
Kepala Bappenas Paskah Suzetta  Belum, karena belum adanya kestabilan antara tingkat daeran dan perkotaan. Dapat kita telaah tingkat pemerataan pendapatan di daerah pedesaan efektif relatif lebih baik dari pada didaerah perkotaan terjadi hampir disemua propinsi di Indonesia. Semakin buruknya distribusi pendapatan di daerah perkotaan dibandingkan didaerah pedesaan terutama disebabkan oleh pola perekonmian dan jumlah serta kondisi sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi sangat berbeda antara pedesaan dan perkotaan. Dikota, Jakarta misalnya persaingan dalam dunia usaha dan dalam mendapatkan pekerjaan semakin keras. Jumlah manusia dijakarta semakin banyak diperkirakan sekita sepuluh juta orang, yang sebagian disebabkan oleh orang-orang yang terus datang ke Jakarta terutama yang berasal dari Jawa dan Sumatra. Sementara kemanapun ekonomi Jakarta untuk memberi pekerjaan bagi pencari kerja yang bertambah jumlahnya setiap tahun terbatas. Terjadi perpindahan surplus tenaga kerja dari desa ke kota. Mereka tidak bisa ditampung disektor formal akhirnya masuk ke sector informal yang pada umumnya merupakan kegiatan ekonomi dengan tingkat produktivitas dan pendapatan rendah. Karena terlalu banyak orang yang mau bekerja disektor formal, sedangkan daya tamping sector tersebut terbatas maka semakin berat seleksi penerimaan pekerja. Pendidikan atau keterampilan khusus menjadi salah satu kriteria utama dalam seleksi tenaga kerja disektor formal. Jumlah penganggruan, terutama setengah pengangguran, semakin tinggi, dan kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mempunyai kesempatan bekerja disektor formal dan kelompok masyarakat yang hanya bisa bekerja disektor informal atau yang tidak memiliki pekerjaan semakin besar.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar