Gross Domestic Product dan Gross National Product
TEORI
EKONOMI II *
Gross Domestic Product dan Gross National Product
Gross Domestic Product dan Gross National Product
NO.
|
NAMA LENGKAP
|
NPM
|
1
|
HANE KARTIKA
|
13211191
|
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2013-2014
ILMU EKONOMI – MANAJEMEN SI
2013-2014
ILMU EKONOMI – MANAJEMEN SI
PENGANTAR EKONOMI
I
Gross Domestic Product
Produk Domestik Bruto
GDP
I.I Pengertian Gross Domestic Product
Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.
Sedangkan menurut McEachern, GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.
GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.
Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.
Contohnya : Grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,- dan Rp 9.000,- maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya).
Jadi, GDP hanya menghitung nilai akhir dari suatu produk yaitu sebesar Rp 9.000,- Untuk barang yang diperjual-belikan berulang kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah dihitung pada saat diproduksi.
I.II Tipe-tipe Gross Domestic Product
Pada umumnya Gross Domestic Product mempunyai dua tipe GDP, yaitu :
1. GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal
nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
2) GDP dengan harga tetap atau GDP riil
nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain Angka-angka GDP merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot.
I.III
Perhitungan Gross Domestic Product
Menurut McEachern ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu:
1. Pendekatan pengeluaran
Pendekatan yang menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun.
2. Pendekatan pendapatan
Pendekatan yang menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.
Menurut McEachern ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu:
1. Pendekatan pengeluaran
Pendekatan yang menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun.
2. Pendekatan pendapatan
Pendekatan yang menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.
I.
III. I Gross Domestic Product
berdasarkan Pendekatan Pengeluaran.
Menurut McEachern untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen yaitu :
1. Konsumsi
2. Investasi
3. pembelian pemerintah dan
4. ekspor netto
1. Konsumsi atau pengeluaran konsumsi perorangan.
Pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun. Contohnya : dry cleaning, potong rambut, perjalanan udara dsb.
Menurut McEachern untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen yaitu :
1. Konsumsi
2. Investasi
3. pembelian pemerintah dan
4. ekspor netto
1. Konsumsi atau pengeluaran konsumsi perorangan.
Pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun. Contohnya : dry cleaning, potong rambut, perjalanan udara dsb.
C + I + G + (X-M) = Pengeluaran agregat = GDP
|
2. Investasi atau investasi domestik
swasta bruto.
Belanja pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan.
Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
3. Pembelian pemerintah atau konsumsi dan investasi bruto pemerintah.
Mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan pembelian pemerintah.
4. Ekspor netto
Sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara dikurangi dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa.
Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan penjumlahan konsumsi C, investasi I, pembelian pemerintah G dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor X dikurangi dengan nilai impor M atau (X-M).
Penjumlahan komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat, atau GDP:
Belanja pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan.
Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
3. Pembelian pemerintah atau konsumsi dan investasi bruto pemerintah.
Mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan pembelian pemerintah.
4. Ekspor netto
Sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara dikurangi dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa.
Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan penjumlahan konsumsi C, investasi I, pembelian pemerintah G dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor X dikurangi dengan nilai impor M atau (X-M).
Penjumlahan komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat, atau GDP:
I.III.II Gross Domestic Product
berdasarkan Pendekatan Pendapatan.
Pengeluaran agregat = GDP = Pendapatan agregat
|
Menurut
McEachern pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendaptan yang diterima pemilik
sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya
digunakan dalam proses produksi).
Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai outpu agregat sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi output tersebut yaitu :
1. Upah
2. Bunga
3. Sewa dan
4. Laba dari produksi
Jadi kita dapat simpulkan bahwa:
Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai outpu agregat sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi output tersebut yaitu :
1. Upah
2. Bunga
3. Sewa dan
4. Laba dari produksi
Jadi kita dapat simpulkan bahwa:
Suatu produk jadi
biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam perjalanannya
menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian
dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua,
dibuat meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan
cara hanya memperhitungkan
nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna akhir ataudengan cara menghitung nilai
tambah pada setiap tahap produksi. Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang
perusahaan tersebut dikurangi dengan
jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain.
Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan pendapatan.
Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan pendapatan.
PENGANTAR EKONOMI
II
Gross National Product
Produk Nasional Bruto
GNP
II
Gross National Product
Produk Nasional Bruto
GNP
II.I Pengertian Gross National Product
Gross National Product atau dalam bahasa indonesianya Produk Nasional Bruto (GNP) adalah pendapatan nasional yang dihitung dengan mengeluarkan
faktor pendapatan dari warga negara asing yang berdomisili di negara tersebut
dan hanya menghitung nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh orang yang
bekewarganegaraan negara tersebut saja. Sedang kan menurut Dobrnbusch Gross National Product adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sesuatu
perekonomian dalam suatu periode tertentu.
Thompson (1980 : 804) mengatakan bahwa ahli ekonomi cendererung untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan GNP riil perkapita. GNP riil perkapita diperoleh dengan membagi GNP riil dengan jumlah penduduk. GNP riil perkapita mengukur jumlah rata-rata keseluruhan output yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan demikian kenaikan GNP riil perkapita berarti kenaikan standar hidup masyarakat (standar hidup lebih tinggi).
Thompson (1980 : 804) mengatakan bahwa ahli ekonomi cendererung untuk mengukur pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan GNP riil perkapita. GNP riil perkapita diperoleh dengan membagi GNP riil dengan jumlah penduduk. GNP riil perkapita mengukur jumlah rata-rata keseluruhan output yang diperoleh oleh setiap penduduk. Dengan demikian kenaikan GNP riil perkapita berarti kenaikan standar hidup masyarakat (standar hidup lebih tinggi).
Tolak ukur yang biasa dipakai untuk mengukur keberhasilan perekonomian suatu negara diantaranya adalah pendapatan nasional, produk nasional, tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran luar negeri. Pendapatan Nasional (National Income) adalah merupakan salah satu tolok ukur yang sangat penting dalam menganalisis dan mengatasi masalah-masalah ekonomi makro yang dihadapi masyarakat sesuatu negara.
II.II
Perhitungan Gross National Product
Dalam menghitung pendapatan nasional terdapat tiga metode yang dapat digunakan yakni:
Dalam menghitung pendapatan nasional terdapat tiga metode yang dapat digunakan yakni:
1. Metode produksi (Production Approach)
2. Metode pendapatan (Income Approach)
3.
Metode pengeluaran (Expenditure Approach)
1. Metode Produksi
Penghitungan pendapatan nasional dengan metode produksi ini didasarkan atas jumlah nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan sesuatu masyarakat atau negara dalam satu tahun.
Semua nilai hasil akhir barang dan jasa tersebut dijumlahkan. Apabila jumlah produk ke 1 kita tandai dengan Q1, produk ke 2 kita tandai dengan Q2, dan seterusnya hingga produk ke n kita tandai dengan Qn, sedangkan di lain pihak harga satuan produk kita tandai dengan P1, harga satuan produk ke 2 kita tandai dengan P2, dan seterusnya hingga satuan produk ke n yang kita tandai dengan Pn, maka dalam bentuk persamaan matematika pendekatan produk akan kita dapatkan:
NI = P1Q1 + P2Q-2
+ ..... + PnQn
|
yang mempunyai makna bahwa
pendapatan nasional atas dasar harga pasar (NI) besarnya sama dengan produk
nasional atas dasar harga pasar.
2. Metode Pendapatan
Perhitungan
pendapatan nasional dengan mengunakan metode pendapatan adalah dengan
menjumlahkan semua pendapatan yang diperoleh semua pelaku ekonomi dalam suatu
masyarakat atau negara pada periode tertentu. Pendapatan tersebut berupa
pendapatan dari sewa, bunga, upah, keuntungan dan lain sebagainya. Angka yang
diperoleh dari penghitungan pendapatan nasinal dengan menggunakan metode ini
menunjukkan besarnya Pendapatan Nasional.
Cara pendekatan pendapatan adalah komplemen cara
pendekatan pengeluaran, karena sebenarnya cara pendekatan pendapatan bertitik
tolak dari pengertian bahwa apa yang dikeluarkan oleh salah satu rumah tangga
pasti menjadi penerimaan rumah tangga lain.
Dalam perhitungan pendapatan Nasional dengan pendekatan pendapatan ini ada dua hal yang dimasukkan didalamnya walaupun sebenarnya bukan merupakan pendapatan yaitu :
1. Penyusutan dan
2. Pajak tak langsung
Penyusutan perlu dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasionaal karena penyusutan adalah bagian dari penerimaan perusahaan yang tidak dibagikan pemilik faktor produksi.
Dalam perhitungan pendapatan Nasional dengan pendekatan pendapatan ini ada dua hal yang dimasukkan didalamnya walaupun sebenarnya bukan merupakan pendapatan yaitu :
1. Penyusutan dan
2. Pajak tak langsung
Penyusutan perlu dimasukkan dalam perhitungan pendapatan nasionaal karena penyusutan adalah bagian dari penerimaan perusahaan yang tidak dibagikan pemilik faktor produksi.
Pajak tak langsung, yaitu pajak-pajak yang pada
dasarnya beban pajaknya dapat digeserkan kepada piha lain oleh para wajib
pajak, seperti pajak penjualan, pajak tontonan, pajak pembangunan, pajak masuk
dan sebagainya. Sebenarnya pajak tak langsung hanyalah pemindahan daya
beli dari kantong konsumen (pembayar pajak) kepada pemerintah yang
terjadi pada saat transaksi dilakukan, karena sifat pajak tak langsung adalah
demikian, maka pajak tak langsung tidak diterima oleh pemilik faktor produksi,
sehingga harus diperhitungkan sendiri.
3. Metode Pengeluaran
Dalam penghitungan pendapatan nasional dengan metode
pengeluaran, adalah dengan menjumlahkan seluruh pengeluaran sektor ekonomi,
yakni dari rumahtangga, perusahaan, pemerintah dan sektor luar negeri pada
suatu masyarakat atau negara pada periode tertentu. Angka yang diperoleh dari
perhitungan ini menunjukkan besarnya Produk Nasional bruto (Gross National
Product = GNP) masyarakat dalam perekonomian negara tersebut. Setiap rumah
tangga, baik itu rumah tangga individu, rumah tangga perusahaan maupun rumah
tangga pemerintah pasti melakukan pengeluaran untuk membeli semua kebutuhan
yang diperlukan. Pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga individu untuk
membeli semua kebutuhannya yang diperlukan dapat berupa barang, baik barang
habis pakai dan barang tahan lama, maupun jasa. Pengeluaran semua itu disebut
konsumsi (C = Comsuption), pengeluaran perusahaan biasanya berupa Investasi (I
= Investasi), pengeluaran pemerintah (G = Government Expenditure)
Disamping itu bagi negara yang juga melakukan hubungan ekonomi dengan negara lain, masih terdapat pengeluaran bersih pembelian barang dan jasa oleh orang-orang dan badan-badan asing, pengeluaran tersebut disebut ekspor – impor ( X – M = ekspor di kurangi impor, atau net export). Secara singkat cara pendekatan pengeluaran ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Disamping itu bagi negara yang juga melakukan hubungan ekonomi dengan negara lain, masih terdapat pengeluaran bersih pembelian barang dan jasa oleh orang-orang dan badan-badan asing, pengeluaran tersebut disebut ekspor – impor ( X – M = ekspor di kurangi impor, atau net export). Secara singkat cara pendekatan pengeluaran ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PNB = C + I + G + (X - M)
PNB =
Pendapatan Nasional Bruto
C
= Konsumsi (comsumption)
I
= Investasi (Invesment)
G
= Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)
X – M = ekspor dikurangi impor
(net export)
Pada cara pendekatan ini pengeluaran yang perlu mendapat perhatian khusus adalah pengeluaran yang berbentuk pengeluaran untuk membeli barang modal atau investasi. Dalam ilmu ekonomi pengeluaran investasi hanya khusus pada pengeluaran rumah tangga perusahaan untuk membeli barang modal baru, sehinga investasi selalu berupa penambahan barang modal riil pada stock barang modal yang sudah ada.
Ketiga cara di atas akan
menghasilkan nilai yang sama. Dengan kata lain, GNP = GNI = GNE.
II. III Sifat-sifat Product National Bruto adalah sebagai berikut :
1. PNB adalah ukuran moneter
PNB tidak memperhitungkan perubahan yang terjadi pada
nilai uang karena terjadinya perubahan harga-harga umum. Oleh sebab itu PNB pada
tahun tertentu tidak dapat dibandingkan dengan PNB pada tahun lain, karena
perubahan yang terjadi disamping menyangkut perubahan jumlah output juga harganya
sehingga nilai uang yang digunakan tidak sama besarnya.
2. PNB hanya memperhitungkan barang-barang dan jasa akhir saja
2. PNB hanya memperhitungkan barang-barang dan jasa akhir saja
Barang dan jasa akhir adalah barang dan jasa yang
dibeli oleh konsumen dan langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Artinya barang dan jasa itu tidak lagi beredar dipasar untuk diperjual belikan. Barang yang
dibeli oleh rumah tangga inividu maupun rumah tangga perusahaan tetapi tidak langsung
digunakan sendiri. Untuk menghindari sesuatu produk dihitung lebih dari satu
kali (double counting), dalam perhitungan PNB dipakai cara perhitungan lain yang
dikenal dengan nama Cara Nilai Tambah.
Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan pada PNB
oleh rumah tangga perusahaan dan terdiri dari penerimaan rumah tangga perusahaan itu
dari penjualan barang dan jasanya
dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga perusahaan tersebut untuk membeli barang dan jasa perusahaan lain (barang antra). Dengan demikian jelaslah bahwa PNB dapat juga dinyatakan sebagai keseluruhan nilai tambah rumah tangga perusahaan yang beroperasi dalam masyarakat selama kurun waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.
dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga perusahaan tersebut untuk membeli barang dan jasa perusahaan lain (barang antra). Dengan demikian jelaslah bahwa PNB dapat juga dinyatakan sebagai keseluruhan nilai tambah rumah tangga perusahaan yang beroperasi dalam masyarakat selama kurun waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.
3. PNB tidak menghitung nilai transaksi yang terjadi di pasar (oganized market)
1.
Transaksi yang semata-mata
menyangkut uang (andil, obligasi dll)
2.
Transaksi barang bekas
3.
Kualitas produk
4.
Waktu luang
5.
Ongkos perusakan ekosistem
GDP and GNP Per Capita of Indonesia 2007 – 2010
BPS STRATEGIC DATA
D
Description
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
GDP Per capita at current prices
|
||||
Value (million rupiah)
|
21.4
|
23.9
|
27.1
|
30.8
|
Value (US$)
|
2 244.6
|
2 349.8
|
3 010.1
|
3 542.9
|
GNP Per capita at current prices
|
||||
Value (million rupiah)
|
20.7
|
23.1
|
26. 3
|
29.9
|
Value (US$)
|
2 164.8
|
2 267.6
|
2 925.4
|
3 441.9
|
(TABLE : 2.1 GDP dan GNP 2007-2010)
Kaitan Dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
(TABLE : 2.2 Pertumbuhan Ekonomi
2008
|
2009
|
||
Perekonomian Indonesia pada tahun 2008
mengalami pertumbuhan sebesar 6,1 persen dibanding tahun
2007. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun
2008 mencapai Rp2.082,1
triliun, sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp1.963,1 triliun. Bila dilihat
berdasarkan harga berlaku,
PDB tahun 2008 naik sebesar Rp1.004,7 triliun, yaitu dari Rp3.949,3 triliun
pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp4.954,0 triliun pada tahun 2008.
Selama tahun 2008, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 16,7 persen, diikuti oleh sektor listrik, gas danair bersih 10,9 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 8,2 persen, sektor konstruksi 7,3 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 7,2 persen, sektor jasa-jasa 6,4 persen, sektor pertanian 4,8 persen, dan sektor industri pengolahan 3,7 persen, serta sektor pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5 yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang besarnya 6,1 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami pertumbuhan sebesar 16,7 persen dan 7,2 persen masing-masing memberikan kontribusi terbesar yang sama terhadap total pertumbuhan PDB yaitu sebesar 1,2 persen. Selanjutnya sumber pertumbuhan yang cukup besar yaitu sektor industri pengolahan sebesar 1,0 persen, sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan sebesar 0,8 persen dan sektor pertanian sebesar 0,7 persen. |
Perekonomian Indonesia pada tahun 2009
mengalami pertumbuhan sebesar 4,5 persen
dibanding tahun
2008. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan pada tahun
2009 mencapai Rp2.177,0 triliun, sedangkan pada tahun 2008 dan 2007
masing-masing sebesar Rp2.082,3 triliun dan Rp1.964,3 triliun. Bila dilihat
berdasarkan harga berlaku, PDB tahun 2009 naik sebesar
Rp662,0
triliun, yaitu dari Rp4.951,4 triliun pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp5.613,4
triliun padatahun 2009
Selama tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mencapai 15,5 persen, diikuti oleh Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 13,8 persen, Sektor Konstruksi 7,1 persen, Sektor Jasa-jasa 6,4 persen, Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 5,0 persen, Sektor Pertambangan dan Penggalian
4,4 persen,
Sektor Pertanian 4,1 persen, dan Sektor Industri Pengolahan 2,1 persen, serta
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa
migas pada tahun 2009
mencapai 4,9
persen yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB secara keseluruhan yang
besarnya 4,5
persen. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang mengalami pertumbuhan sebesar
15,5 persen sekaligus merupakan sumber pertumbuhan terbesar pula terhadap
total pertumbuhan PDB yaitu
sebesar 1,2
persen. Selanjutnya sumber pertumbuhan yang cukup besar yaitu Sektor
Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Jasa-jasa masing-masing
memberikan peranan sebesar 0,6 persen.
|
Menurut Kepala Bappenas Paskah Suzetta Belum, karena belum adanya kestabilan antara tingkat daeran dan perkotaan. Dapat kita telaah tingkat pemerataan pendapatan di daerah pedesaan efektif relatif lebih baik dari pada didaerah perkotaan terjadi hampir disemua propinsi di Indonesia. Semakin buruknya distribusi pendapatan di daerah perkotaan dibandingkan didaerah pedesaan terutama disebabkan oleh pola perekonmian dan jumlah serta kondisi sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi sangat berbeda antara pedesaan dan perkotaan. Dikota, Jakarta misalnya persaingan dalam dunia usaha dan dalam mendapatkan pekerjaan semakin keras. Jumlah manusia dijakarta semakin banyak diperkirakan sekita sepuluh juta orang, yang sebagian disebabkan oleh orang-orang yang terus datang ke Jakarta terutama yang berasal dari Jawa dan Sumatra. Sementara kemanapun ekonomi Jakarta untuk memberi pekerjaan bagi pencari kerja yang bertambah jumlahnya setiap tahun terbatas. Terjadi perpindahan surplus tenaga kerja dari desa ke kota. Mereka tidak bisa ditampung disektor formal akhirnya masuk ke sector informal yang pada umumnya merupakan kegiatan ekonomi dengan tingkat produktivitas dan pendapatan rendah. Karena terlalu banyak orang yang mau bekerja disektor formal, sedangkan daya tamping sector tersebut terbatas maka semakin berat seleksi penerimaan pekerja. Pendidikan atau keterampilan khusus menjadi salah satu kriteria utama dalam seleksi tenaga kerja disektor formal. Jumlah penganggruan, terutama setengah pengangguran, semakin tinggi, dan kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mempunyai kesempatan bekerja disektor formal dan kelompok masyarakat yang hanya bisa bekerja disektor informal atau yang tidak memiliki pekerjaan semakin besar.
0 komentar:
Posting Komentar